Narasi BlogSpot

MEMBACA,MENAMBAH WAWASAN____MENULIS,MEMPERTAJAM ANALISA___DISKUSI,MEMBUKA CAKRAWALA

Kamis, 10 Februari 2011

Euforia Sebuah Kohesifitas Internal

 Sebuah komunitas yang tercipta dari serpihan mozaik tidak akan terlepas dari suguhan kohesifitas internal, walau hanya kamuflatif semata. karena mereka satu kesatuan  yang harus ada bagaimanapun bentuknya. inilah hidup yang selalu bersinggungan dengan berbagai aspek internal dan eksternal faktor kehidupan.

komunitas dimanapun, apapun dan bagaimanapun akan selalu diiringi sebuah gesekan antar anggota komunitas, dan gesekan itu memiliki prosentase yang beragam sehingga kemunculan dominasi dan resesif itu seakan wajib ada. sebagian pihak resesif akan terpinggirkan oleh pihak dominasi.
diluar adil atau tidaknya kebijakan... diluar pantas atau tidaknya sebuah sikap....

fenomena siratkan serakahnya manusia........ dengan alat bantu yang mereka miliki.
sebuah kohesifitas internal sebagai jargon indah komunitaspun hampir hadir sebagai wacana belaka.
euforia kohesifitas mencuat dengan topeng indah...tanpa hiraukan eksistensi dibalik sebuah makna kehidupan.

wahai jiwa.... marilah belajar memanusiakan manusia hingga personal komunitas dapat saling menghargai dan euforia kohesifitas internal sebuah komunitas bukanlah sebuah pewacanaan jargon semata......

Kamis, 03 Februari 2011

Arogansi Emosi dibalik Kentalnya Pencitraan Diri

Manusia dihadirkan di bumi dengan seperangkat alat lunak, dimana masing-masing perangkat tersebut memiliki sifat tersendiri. ia lahir dengan karakter yang beragam karena persentase sifat dari perangkat lunak tersebutpun beragam, dan alam memiliki kontribusi dalam mendidiknya.

Microcosmos itupun tumbuh dan saling bersinergi hingga tercipta komunitas sederhana di medan laga. suatu ketika salah satu bagian dari perangkat lunak microcosmos itupun terusik yaitu emosi oleh anggota komunitas yang lain. Kondisi emosipun menjadi labil, dan kondisi ini berpengaruh pada perangkat yang lain bahkan pada microcosmos lain dan ketidakseimbangan kolektifpun tercipta.

Sensibilitas emosi setiap individu sangatlah bersifat subjektif....
suatu ketika di belahan bumi, hadir individu yang cukup memperhatikan eksistensi sebuah citra diri. Individu ini memiliki sensibilitas yang tinggi berkenaan dengan citra diri yang terbentuk. mungkin kasap mata tak terlihat.. karena semua itu dapat terbingkai indah dengan permainan verbalisasi dan politik pencitraan. akan tetapi ketika sedikit sentuhan tentang pencitraan dirinya terusik, arogansi emosi sesaatpun muncul, seakan ia lupa citra yang selama ini ia bangun.

pesan tersirat:
- bumi butuh individu dengan karakter yang terintegritas bukan hanya sebuah citra
- tidak dapat dinafikan manusia hidup butuh citra, tapi bukan semata-mata citra diri
- wahai microcosmos.... mari bersinergi tuk ciptakan keseimbangan macrocosmos.