Narasi BlogSpot

MEMBACA,MENAMBAH WAWASAN____MENULIS,MEMPERTAJAM ANALISA___DISKUSI,MEMBUKA CAKRAWALA

Sabtu, 09 April 2011

Stereotipe Sebuah Mesin Pencipta Sekaligus Penghancur Mind-Set

sesaat...
konsep diri membuyar...
efikasi diri beredar....
dan.. kayuh itu begitu rapuh tuk kayuhkan laju perahu menuju pelabuhan tertuju..

selembar kertas kuning dengan kekuatan tinta pencetaknya
telah menggugah fikirku....
hingga membawa angan pada lembaran kertas sebelumnya...

kertas putih.... kau hadir di kehidupanku tanpa permisi, tanpa undangan
kau hadir dengan memanyungi misi pencitraan diri dari masing- masing ukiran tintamu.
begitu hebat tinta itu menari di atas kertas hingga tanamkan stereotipe  di benakku.
dalam durasi waktu yang tak panjang, tanpa ku sadari stereotipe kertas itu semakin dalam tertanam.....
rupanya ia telah berkolaborasi dengan verbalisasi pemegang tinta,
ya.... lebih tepatnya pengamat realita dengan segudang teori ilmiahnya.
walaupun sebagian mereka hadir dari latar yang berbeda... mereka cukup memiliki kohesifitas yang tinggi

hebat....  sebuah mind-set manusia  terbentuk dari lembaran kertas dengan label... validitas dan reliabilitas telah teruji.... waktu terus berlalu... hingga datanglah si kertas kuning membawa citra diri dengan cara yang serupa namun citra yang berbeda...

bingung.... berontak.... semua terlihat abu-abu...
arogansi emosi beraksi....
ku coba hadirkan nalar.. ku coba fahami diri....
ku begitu mencintai dan menghargai sebuah data dan fakta... tp justru aku dibingungkan oleh keduanya..
sedikit bimbang tapi aku menikmati kebimbanganku...
rasa nggk bisa bohong....  hanya butuh sedikit  cara cantik tuk fahami kebimbangan sebuah rasa.

bolehlah... stereotipe baik dari data empiris, maupun verbalisasi manusia dengan segudang teorinya mampu hadirkan pola fikir tertentu... tp itu bukan harga mutlak.... bagaimanapun kondisi saat ini bukan jadi alasan sebuah kegagalan.... "berbaik sangkalah pada Tuhanmu... karena IA sesuai dengan prasangka hambaNya"

7 komentar:

  1. takdir adalah potensi dari Allah.. siapa sekarang=20%potensi+80%lingkungan

    BalasHapus
  2. yup.. dulu msh pake jargon "psikologi untuk anda" haaaa.. saatnya "psikologi untuk saya"

    BalasHapus
  3. hmmmmm uwis uwis.. pancen wes ditakdirke bimbang trus... trimo wae chibi...chibi maruko chan, wkwkwkwkwkwwk

    BalasHapus
  4. maziya: urung-urung.... pancen ora di takdirke bimbang.... wes ra sah di trimo wae.... shinichi kudo kwkwkwkwkwkw(curmor antonim heeee)

    BalasHapus
  5. diri harus tersesat dalam riak riak peradaban
    sewajarnya melakukan bentuk yang mengada
    diresapi sedalam mungkin tanpa bentuk yang maujud
    melayang dalam himpitan modernisme yang semakin mengonak duri
    masalah menjadi ada tanpa harus ditiadakan oleh semua
    bagaimana kita menjadi masalah atau masalah yang menjadi bentuk kita
    ditimbang dalam rasa yang semakin menebal
    kebas jemariku untuk mencarinya dalam huruf-huruf kitab
    suci menurut prasangka mereka
    menulikan mata mendengarkan alunan lembutnya...
    membisu tiada kata meruak selain permintaan
    eksistensi menjadi pelabuahan terakhir
    sebagian besar umat manusia kurasa...
    yang tak kuharapkan itu mewujud dalam ruh-mu...
    wahai, teman... sudahkah kau rasakan penatmu...
    untuk bercengkrama sejenak dengan alam
    mendengarkan debar-debar kesunyian yang dialiri angin pengunungan...
    aih...
    masih saja engkau berlari ke timur
    kuharapkan engkau tak melupakan beban yang kau lemparkan ke ujung merapi...
    menjadilah sadar tanpa harus terlena dalam zikir yang semakin khusyuk itu... semoga saja
    kuharapkan jiwamu mampu menaklukkannya...

    BalasHapus
  6. ryan: koment balik ah.....heeee
    aceh: yuhu.... makasih kawannn

    BalasHapus