Begitu sadis bahkan sangat ketika individu harus berdiri tegak dengan seonggok daging tanpa arah. pembunuhan secara fisik sekilas terlihat begitu menyiksa, kasap mata menilai begitu menyakitkan akan tetapi sakit yang dirasa ketika proses pembunuhan fisik akan segera berakhir ketika nyawa tak lagi menyatu dengan jasad.
Sangat berbeda dengan pembunuhan secara psikis di tinjau dari sisi dampak pada kelanjutan dalam hidup. secara fisik individu masih terlihat berdiri tegap dengan kerangka yang masih tersusun rapi dalam tubuh, akan tetapi secara psikis efikasi individu perlahan namun pasti dapat luntur. pukulan atmosfer yang tercipta telah mengurai mindset indah hingga menjadi serpihan mozaik yang berterbangan.
duuuh..mbak...bahasane tinggi jee...
BalasHapusda catatan kecilna dunkk..tuk penjelas bahasa yg belm dimengerti org awam sptq..:D
iyaaaaa....
BalasHapusemosi jiwa telah menyeruak.... sebuah katarsis emosi....
BalasHapusterima kasih atas masukanya.... akan kami perbaiki untuk posting selanjutnya heeeee
BalasHapusNana..tukeran likn nyok?!
BalasHapusVisit back my blog yak:http://dianpuspita.dagdigdug.com/
mantab bwad inspirasi.. :D
BalasHapusmakasih mbk nana.... dah mampir di blog de'nana heeee
BalasHapusnana: membunuh itu menjadi penting ketika mereka tidak berguna lagi... berguna dari berbagai sudut lho ya... daripada mereka hanya menjadi zombie... itu yang terjadi dengan sebagian besar yang mengaku "manusia". mereka akan marah ketika egonya menelanjangi jiwa tuhan yang murni...
BalasHapusaceh: it's okey... tiap kepala ada otoritas ide. orang liat sampah.. ada yang langsung di buang, dia bilang bikin kumuh. ada juga yang bilang.. ni sampah tak buat apa ya?? biar lebih bermanfaat.
BalasHapusnana: ketika kita berdiri minimal setingkat lebih tinggi dari mereka. akan sangat lucu kelihatannya. ada perdebatan, permusuhan, persahabatan. yang menurut sebagiannya menjadikan kita lebih bahagian.... saya hanya ingin menjadi elang, bukan kupu-kupu yang terlihat teduh dihadapan dia...
BalasHapusluar biasa..
BalasHapusmenikmati rangkaian aksara yang tersusun rapi, selaras dengan emosi, mengalir menyusuri nadi.
menghentak namun pelan, menggugah inspirasi.
aceh: thanks.... i know... tiap orang punya cara yang beda tuk ungkap sebuah rasa.. dan terkadang manusia harus ditempa berkali kali tuk keluarkan integritasnya.:) i like your style...
BalasHapusbudi: mas budi birul kawannya mbk nuktikah?? owww surprise.... hmm... yang luar biasa tuh komentr jenengan..pilihan diksinya terasa.. anda pasti suka sastra...:)
itu masalahnya na...
BalasHapusketika tuturan mencoba vis a vis dengan tulisan. siapa yang kalah??? tergantung sejarah yang mencandra dan mencatatkan. apakah itu sejarah tuturan antaukah sejarah tulisan. tetapi yang membuat bingung adalah pameo "sejarah dimulai ketika sudah ditemukannya bahasa tulis". cara mengeluarkan integritas kuwi pie???