Manusia dan komunitasnya serta paradigma yang mereka usung merupakan pelukis peradaban alam. peradaban yang bersifat visioner tidak akan pernah tercipta tanpa adanya re-generasi sebagai pengusung visi dalam ciptakan manufer-manufer peradaban selanjutnya.
Tidak sedikit dari individu dengan mobilitas yang cukup tinggi mengeluhkan perilaku generasi muda selanjutnya, padahal dari sisi dana sudah lebih dari cukup mereka mensuport. segala bentuk fasilitas telah mereka sediakan hingga mereka terjebak dalam kebimbangan yang mereka ciptakan sendiri. dan kondisi ini pun menjadi kebimbangan kolektif dalam masyarakat.
sedikit menilik pada organisasi yang tercipta di sekitar..
sebuah kerajaan telah terbentuk visi, misi, serta aturan maen, terciptalah manufer-manufer indah dengan segudang karya yang cukup memukau, suatu ketika pada generasi selanjutnya terjadi ketidak-seimbangan dan merekapun mencoba menciptakan konsep, dan aturan baru begitu pula dengan generasi selanjutnya. setiap generasi, terjadi pembentukan konsep baru bukan pembaharuan.... semua dari nol.... kebimbangan kolektif tercipta....
Sebagian dari kita telah melupakan sebuah konsep cantik dan fatal dalam sebuah re-generasi. Re-generasi bukan hanya sekedar munculnya generasi selanjutnya secara kuantitas, akan tetapi lebih pada bagaimana sebagai pioneer dapat menurunkan sebuah konsep idiologi kepada generasi berikutnya. ketika sebuah mind-set indah telah tertanam pada generasi selanjutnya maka miniatur pencipta karya telah tercipta. hereditas idiologi yang tertanam pada generasi tersebut dapat berkembang dan akan terus melanjutkan perjuangan hingga manufer peradaban tercipta dengan elegan....
Mari segarkan kembali konsep Re-generasi....
bukan hanya secara kuantitas tapi bagaimana penurunan hereditas idiologi hingga perjuangan akan terus berlanjut... dan manufer karya akan tercipta
sebagian manusia terkadang melupakan hal yang paling esensial dalam sebuah fenomena.....
BalasHapusketidaktauankah......
ketidakmauankah......
atau memang sebuah pilihan .....
it's okey...setiap pilihan tentu dibarengi dengan konsekuensi nyata... fired up....
mantab jenk.. b^^d
BalasHapusmenjadi diri bukan dengan ideologi...
BalasHapushanya memandang dalamnya jiwa...
hereditas bukan sama dengan ideologi
simplifikasi menjadikan kata sedemikian lentur
atas-bawah, kanan, kiri, depan-belakang
tanpa mengindahkan aturan2 baku..
sebagaimana derrida bercerita padaku
jangan pernah ingin, menjadi, berusaha, mengangkangi pusat yang sumpek dengan beragam keinginan. tabu rupanya, para pemikir posmodernisme mencanda... Our Grammatologie sangat susah diselami rupanya... terlalu jenius para guru kita. sedangkan tertidur lelap dalam jengah menjadi keinginan manusia. PEngetahuan bukanlah resep untuk popularitas (Socrates).
ryan: trimakasih atas bimbinganya pak guru heee
BalasHapusaceh: menjadi diri bagimu dengan apa wahai filosof??
kalian ngomongin pa seh (nana+aceh)??? kayaknya q harus hatam kamus ilmiah populer dulu baru bisa memahami tulisan kalian. huhahahaha...
BalasHapusdamai ngapa?!! dunia dah cukup rumit akibat bencana dan perang, kalian juga mo ikut2n.. aaahh gak mboiss blasss... damai.. damai.. peace!! ^^
satu lagi, kalian hanya berani disini, coba kalo ketemu, hmmmmm :D
maziya: yo ra iso ketemu dunk nduttt... dia ke barat aku ke timur. heeee
BalasHapusnana: insomnia membuatku melayang
BalasHapusdengan segenggam kata kau coba membiaskan sabda
melampiaskan kebencian yang sempat tertunda
di hadapan jalang nya umat kita
menerapkan sebuah nama demi sebait canda
antara a-z dicelupkan dalam aliran fikiran...
menjadi diri dengan asketisme dan altruisme... dan yang sudah sering kita lupakan di dalam altar...
maziya: nana yang gak berani bermuka-muka denganku... kayae si...
regenerasi-genesis-
BalasHapusaceh: fiuh... antara psikologi VS filsafat.... dulu, skr dan seterusnya... aku tak pernah minat dgn teori filsafat... entahlah scr konsep.
BalasHapuszeze: salam kenal zeze.... makasih dah berkunjung yup.... konsep genetis hereditas scr implisit
sebuah nama mengatakan kepada pencari
BalasHapustidak ada yang perlu dipikirkan lebih dalam
selain makna hidup
lautan yang mengalirkan beragam materi
menuju penantian sungai
dalam muara akal sehat
filtrasi menjadi perlu mendengarkan dia
jiwa yang letih telah lama kutinggal
ingin kujamah lagi dengan sepenggal verstehen
kebijaksanaan yang melampaui religi, ilmu, pengetahuan (the poet from a god-engineer)