" Akankah sebuah karya yang elegan hanya mampu dilahirkan dari kondisi emosi manusia yang labill?? jika faktanya memang demikian adanya... akankah manusia membutuhkan stressor
untuk menghasilkan sebuah karya??"
Sebuah tanya yang cukup liar bermain di alam fikirku....
sepintas ku lirik sliding diary kontemplasi seorang kompulsif... slide demi slide... perlahan ku telusuri hingga ku dapati satu rangkaian yang tersusun rapi, dan rangkaian itu isyaratkan sebuah mini konsep
Terpilihlah sebuah diksi "galau" entahlah secara definitif, sejauh ini kata galau isyaratkan emosi negatif pada manusia. beberapa karya dapat tercipta, diboncengi dengan kegalauan fikiran pencipta... sadar atau tidak.... kegalauanlah yang memaksa manusia tuk keluarkan manufer karyanya...
Galau.. sebuah representasi emosi negatif manusia, dimana rasa ketidak-nyamanan hadir dan mengganggu alam fikir hingga berdampak pada kegoncangan tatanan sistem logika.
Jika memang faktanya galau merupakan guru terbaik tuk hasilkan karya. sebuah tanya pun datang tanpa diundang. kenapa harus emosi negatif yang mampu menggerakkan psikomotor tuk hasilkan karya??? bagaimana dengan emosi positif manusia???? bagaimana dengan konsep psikologi positif??
Emosi positif individu akan lebih berperan pada ranah prilaku... sebuah aura positif manusia lebih terlihat pada mereka yang memilki kecerdasan emosi, beberapa konsep psikologi positif digunakan dalam area praktis ke arah perubahan perilaku individu.
Emosi positif dengan aura positif manusia...
mampu menggerakkan manusia lain ke arah tertentu pada ranah prilaku.
Emosi negatif manusia bisa melahirkan sebuah karya tertulis...
mampu menggerakkan manusia pada ranah kognisi.
Jika fakta berkata sebuah karya yang elegan hanya mampu dilahirkan dari kondisi emosi manusia yang labill. akankah manusia membutuhkan stressor untuk menghasilkan sebuah karya??
Manusia akan selalu dihadapkan pada sebuah pilihan dalam hidup... pasti dan tidak bisa dielakkan
"Opto Ergo Sum" _ aku memilih maka aku ada. eksistensi manusia diakui dengan memilih dari beberapa pilihan yang ada di hadapanya. sikap diam dan tidak bertindak merupakan sebuah pilihan pula. setiap pilihan tentu memiliki konsekuensi masing2.... dan konsekuensi dari pilihan itulah stressor hidup !!
terus berkarya..... karena sang Pencipta, membekalimu dengan potensi nyata..
ketika masa beralih_ mencoba menemukan makna diantara serpihan mozaik galau..
kali ini sang murid tidak merasa kepedasan atau keasinan atas sajian istimewa dari sang guru. pas di lidah, renyah, mudah dicerna.
BalasHapusha..... ada ada aja pak budi... alhamdulillah... saia pintar memasak....yessssss.... konon katanya "eksistensi wanita ada di dapur" didapur blog kah?? haaaaaaaaa
BalasHapusyang di dapur blog aja enaknya kaya gini, apalagi yang di dapur rumah
BalasHapuslike this :)
BalasHapusnegativisme perlu dipelajari na... teologi negatif contohe... setan adalah dzat yang nyata untuk kita belajar mencandra kegalauan... kayae sih>>> pissssss..
BalasHapus