Narasi BlogSpot

MEMBACA,MENAMBAH WAWASAN____MENULIS,MEMPERTAJAM ANALISA___DISKUSI,MEMBUKA CAKRAWALA

Rabu, 21 September 2011

Nasionalisme Seorang Buyut Bangsa

Kisahku_siang bolong di bandara Adi Soemarmo

Ketika bola mata ini terfokus pada salju tebal yang menyelimuti si mio soul matic, tiba-tiba ku terpendar dari fokusku. ya... sesaat setelah wanita tua memelukku dengan erat serambi berkata "cucuku... oh cucuku.. kemana saja kau" _ tak dapat ku pungkiri,  detak jantungku berdetak kencang, nafasku tersenggal-senggal dan tubuhku melemas. Tanpa ku sadari fokusku meningkat berlipat ganda pada kedua bola mata wanita tua di hadapanku. ku dengar suara lantang seorang lelaki pencuci motor "loh..... mbah.. badala... wong edan"...Aaaarrrghhh..... teriakku, Refleksifitas menariku ke alam sadar hingga ku mampu mengatur kembali nafasku yang sempat tak beraturan. Alhamdulillah... lega ku rasa.

kini aku dan wanita tua dengan sanggul bunga kamboja itu berjarak kurang lebih 4meter. sebuah jarak yang cukup tuk tenangkan fikirku, ia tersenyum padaku... entah isyaratkan apa lagi, logikaku tak mampu mencernanya. perlahan ia ayunkan kedua kakinya... dan melangkah ke arahku.._ deg deg.. kembali jantungku mulai labil. empat langkah kemudian ia berbalik arah _ fiuh legaaa.... Ia menengadahkan pandanganya ke atap langit sambil bernyanyi  "PADAMU NEGERI.. KAMI BERBAKTI, PADAMU NEGERI KAMI BERBAKTI.." ya... wanita tua itu nyanyikan lagu kebangsaan sambil mengayunkan kedua tangannya laksana dirijen dalam upacara bendera.

hening..seluruh mata terfokus padanya,  nalarku berkata_ ya... inilah profil buyut bangsa dengan rasa nasionalisme yang tinggi, dan layak di banggakan oleh bangsa ini.  bagaimana tidak??.. seorang wanita dengan umur hampir satu abad ini mampu menyanyikan lagu kebangsaan dengan nada betha, sambil menengadah ke atap langit, menantang teriknya matahari bahkan.... sesekali ia menciumi tanah bangsa ini dalam durasi waktu kurang lebih 40 menit.

ku lihat kebanggaan yang nyata seorang buyut bangsa pada tanah air tercinta.




10 komentar:

  1. .... luar biasa!
    terima kasih telah mengingatkan akan makna ENDONESIA

    BalasHapus
  2. wakakkakakk.... kita sebagai warga yg baik musti menggunakan bahasa ENDONESIA dengan baik dan benar

    BalasHapus
  3. harus bangga tuh mba,diangkat sebagai cucu oleh seorang nasionalis ^ ^

    BalasHapus
  4. aneh banget... melihatmu bicara nasionalisme...
    iku gak ono neng mainstream-mu..
    hanya ada di barat kayae...
    terkikis juga akhirnya...
    kasihan...
    melankolis menjadi ada dalam tubuhmu dengan sendirinya..
    tanpa paksaan dan himpitan semena-mena fikiran..
    dominasi rasa terlalu kental hingga membatu..

    BalasHapus
  5. nadya: what? bangga?? haaaaa..... no thanks
    aceh: ayolah sobat..... liat dunk dgn seksama, masa sih kau tak dapat melihat tanda dalam canda. bukanlah hal yg perlu dianggap serius oleh fikirmu. melankoli?? haaa.... ku yakin itu hal yg paling menyebahkan untk seorang thinking sepertimu.. menurut finger, aku profil dgn keseimbangan logika dan rasa.. sesaat bisa begitu logis, tp sesaat juga bs begitu melankoli.. maaf jika suguhan rasa akhir2 ini mendominasi blog favotit anda haaa.... tunggu ja saatnya logika beraksi, sy akan hub anda tuk discusss

    BalasHapus
  6. nana: iku masalahe... gampang banget, menelisik sebuah tanda dari dirimu... secara tidak langsung dirimu sudah mengungkapkannya... haaaaaa.....

    BalasHapus
  7. tp kadang km bilang aku ke utara, walau sebenarnya aku ke selatan. ya... gmn lage... ekstrovert tuh kaya begonong cuy. penuh ekspresiiiii.... nggk usah di jelasin juga keto. tp kadang itulah pesona org ekstro... wkwkkwkwkwk.

    BalasHapus
  8. susah memang ngobrol karo intelektual kayak dirimu...
    tapi tak coba ae...
    aku iso tekan opo gak???

    BalasHapus
  9. jiahhhhhhhhhhhh..... kmrn bilang gampang bgt menelisik tanda dari diriku, skr bilang susah ngobrol karo intelektual. wkwkkwkkw...... maap boz, saia dapati ketidakonsistensian anda dalam menelisik. hahahahahaaa..

    BalasHapus
  10. iku masalahmu... dirimu terlalu percaya pada yang tersurat.. salahe gak tau nonton, ngobrol karo hermeneutika sih.. haaa.... dirimu terlalu berkiblat pada yang terbaca...
    cobalah menjadi yang tak terbaca...
    atau malah mencoba menjadi seorang pengikut hermes...
    jarene kan kata adalah tanda kekuasaan..

    BalasHapus