Narasi BlogSpot

MEMBACA,MENAMBAH WAWASAN____MENULIS,MEMPERTAJAM ANALISA___DISKUSI,MEMBUKA CAKRAWALA

Selasa, 22 Mei 2012

Suratku Untuk-MU Wahai Pemilik Alam

Wahai pemilik aura pagi yang ku kagumi..
ada anak kecil yang mencoba berkomunikasi denganMU melalui surat yang ia tulis lalu dikirim melalui kantor pos.
ada seorang wanita yang mengirim pesan dalam suratnya melalui perahu kertas yang dihanyutkan ke sungai.
ada pula yang mencoba menerbangkan suratnya ke udara melalui balon gas
dan... setelah ku baca kembali beberapa narasi yang telah ku susun, entah mengapa ku merasa KAU menjawab setiap keluhku pada fenomena yang KAU hadirkan pada hidupku.
mungkin ini salah satu caraku berkomunikasi denganMU..
ya... Suratku untuk-MU

Wahai Tuhanku..
beberapa dekade terakhir, aku merasa benar-benar tak berguna.
padahal semua berjalan seperti biasa.. namun kenapa terasa hampa..
dalam sujudku... ku hanya bisa terdiam serambi terisak dalam ketidakmengertian
aku tak tau mengapa semua terasa begitu hampa..
aku tak tau apa yang ku pinta..
bahkan aku tak tau apa yang ingin ku keluhkan padaMU
dalam durasi waktu yang tak sebentar, ku hanya terdiam tanpa kata.

Narasi terdahulu, ku pernah meminta padaMU tuk tajamkan seluruh indraku hingga ku mampu terjemahkan semua mauMU. apa aku terlalu berlebih dalam meminta? angkuhkah diriku wahai tuhanku?
saat ini...
dengan rasa ini...
ku coba menelisik beberapa profil dengan pewacanaan keilmuan yang mereka punya, namun selalu saja ada alasan untuk melemahkan penguatan itu...

Si pembawa konsep otak kanan...
dengan segala teori yang ia sajikan, tidak sedikit orang mampu terbawa olehnya hingga secara perlahan mampu berpengaruh pada sisi kehidupan baik secara personal maupun kolektif. namun satu bilik nalarku berkata "wajar saja ia berbicara demikian... karena backgroundnya otak kanan, akan sangat berbeda ketika profil itu berdiri sebagai pakar otak kiri"

Si penjual rafia di pasar klewer..
dengan keterbatasanya ia berkisah tentang alur hidupnya yang cukup inspiratif, mampu membangkitkan adrenalin semangat hidup manusia sekitar, namun lagi-lagi nalarku berbisik"wajar saja dia berkata dan merasa demikian, karena keadaan yang serba terbatas. lain hal nya jika ia di kondisi mencukupi"

Si pemilik golden ways..
pembawaan serta tutur kata dengan pilihan diksi mampu membuatnya tampil begitu elegan. tidak sedikit dari manusia terbawa alur oleh narasinya. ah.... nalarku berucap: itulah pandangan dengan background psikologi dan filsafat, memang begitulah cara berpikirnya. namun tidak sepenuhnya dapat dimaknai demikian adanya.... karna akan ada pembatasan yang jelas dan cukup prinsipil dalam kacamata agama.

Tuhannnnnnnnn.....
pernah terbesit di otak ku tuk menulis sebuah konsep "Objektifitas merupakan boomerang bagi kaum intelektual" karena atas nama objektifitas hilanglah keberpihakan seorang intelektual. Dalam melihat sebuah kasus mereka selalu membawa "diksi dalam perspektif" mereka hadir sebagai penyaji data... ya.... hanya sebagai penyaji data !!  tidak ada standarisasi kebenaran, tak ada keberpihakan. lantas apa bedanya kaum intelektual dengan kaum awam????
aku takut terjebak dalam siklus itu... makanya ku tak mau tuliskan. namun rasa ini, kehampaan ini, membuatku berpikir tentang itu... seakan-akan aku terjebak "diksi dalam perspektif"
Tuhannnnnnnn....... sungguh aku begitu mencintai diksi, namun kenapa justru aku terjebak dalam konflik diksi???

Ku coba pudarkan fokusku dengan komunitas yang baru dan kegiatan baru
namun dalam kesibukanku, kenapa rasa ini tetap bersemanyam??
sebuah ujiankah? sebuah hukuman atas kesalahankukah?
KAU sedang ingin bicara apa padaku wahai Tuhanku?? KAU ingin tunjukkan apa pada ku??
atau.... KAU marah padaku, karena aku lalai padaMU? karena aku terlalu mencinta yang lain??

wahai pemilik kebenaran yang mutlak...
malam ini ku hanya bisa mengurai benang kusut pada alurnya, bahwa: 
1. Engkaulah pemilik kebenaran yang mutlak dan tak terbantahkan atas segala  teori ilmiah     dengan validitas dan reliabilitasnya.
2. Kesalahan yang sangat besar jika sebuah kebenaran disandarkan pada profil, apapun itu alasanya kecuali pada interpreter pilihanMU.
3. Jika bersandar terhadap makhluqMU, maka bersiap-siaplah untuk kecewa. Karena hanya padaMU tempat bersandar.
4. Pengetahuan hanyalah media, media untuk memahami suatu hal yang nanti akan dapat digunakan untuk kebaikan, dan tentunya dalam koridorMU.
5. Tidak etis rasanya jika harus berbangga dengan media. Karena media hanya penghantar, bukan goal setting.
6. Pentingnya sebuah tujuan hidup dan  tempat bersandar, dan itu hanya padaMU

Wahai maha penyanyang..
jika peringatan makhluqMU tak mampu sentuh neuron terkecil dalam hatiku, izinkan KAU dan hanya KAU yang menjadi tutor dalam hidupku melalui cara terindah menurutMU.
hingga petunjukMU, mampu ku cerna dengan logika berpikirku...
hingga petunjukMU, mampu ku terima dengan hatiku...
hingga aku menjadi hamba yang pantas untuk KAU sayangi.

Wahai penentu hidup..
maaf... atas kesyukuran yang tak terucap pada nikmat yang KAU beri
maaf... atas keangkuhan hati, pada kelapangan yang KAU beri
maaf... atas keluhan yang senantiasa terucap pada cobaan yang KAU beri

Wahai maha pembolak balik hati..
terimakasih karena aku terlahir dari rahim seorang MUSLIM
terimakasih atas  nikmat ISLAM, nikmat terindah dalam hidupku
terimakasih atas nikmat IMAN yang senantiasa bersemayam di hati
terimakasih atas air mata yang berlinang kala ku bersimpub padaMU
WA ALLAHI.. jangan biarkan hal itu terlepas dari hidupku
yaa.. muqolibal qulubbb tsabit qolbii 'ala ddinik wa tho'atik

ku mohonnn.. pantaskan diri ini tuk jadi hamba yang KAU cinta
ku mohonn.. pantaskan diri ini tuk berkumpul dengan hambaMU yang mencintaiMU dan KAU mencintainya.

Dan... ku mohon..
Mampukan diri ini tuk merasakan nikmatnya IMAN, ISLAM dan IHSAN pada hembusan nafas terakhirku, hingga KAU pantaskan diri ini tuk jadi penghuni SURGA-MU. aminn

4 komentar:

  1. Subhanallah... ahsanti yaa ukhtiya..
    Baarakallahu fiik..

    [..Jika bersandar terhadap makhluqMU, maka bersiap-siaplah untuk kecewa. Karena hanya padaMU tempat bersandar]

    ~ummu ghumaisha'~

    BalasHapus
  2. aminnn wa baarokallahufik.. :)
    TUHANku sedang cemburu padaku, karena mungkin aku terlalu terkesima dengan dengan yang lain.

    DIA memiliki bahasa yang sangat lembut, hingga ku terlalu lamban tuk menerjemahkan petanda-NYA
    namun, lagi-lagi kesempatan untuku kembali selalu terbuka. betapa DIA maha pemurah.
    -terimakasih atas cemburuMU wahai pemilik alam-

    BalasHapus
  3. hmm... 'Si pemilik golden ways…'

    Tuhan kami Yang Maha Mencintai,
    Kami memohon,
    Indahkanlah hidup kami
    dengan cinta dan persahabatan.

    Tuhan kami Yang Maha Kaya,
    Kayakanlah hidup kami
    dengan rezeki yang besar,
    hati yang penderma dan penuh syukur.

    Tuhan kami Yang Maha Merahmati,
    Rahmatilah kami dengan kesehatan,
    belahan jiwa yang menenteramkan,
    dan keluarga yang sejahtera.

    Tuhan kami yang memiliki semua ke-Maha-an,
    kabulkanlah doa kami.

    Aamiin

    BalasHapus
  4. objektifitas menjadi boomerang bagi kaum intelektual? sebenernya dalam objektifisme ada beberapa pendapat, salah satunya yang menjadi boomerang. salah duanya menjadi apatis. menurutku lebih cenderung ke apatisme atau dalam istilah kami, menjadi seorang yang berada diluar sistem tanpa mencoba untuk mencampuri urusan duniawi (semacam Religiusitas Budhism).
    yang kedua, perbedaannya intelektual yang apatis dengan kaum awam adalah, mereka lebih mengetahui sehingga tidak dapat diarahkan kesana kemari oleh provokator. mereka sudah memilih jalannya sendiri. sedangkan kaum awam mudah terombang ambing oleh angin, kemana angin berkehendak mereka akan mengikuti saja tanpa perlawanan. adapu kaum awam yang sedikit mengetahui, mereka hanya akan menjadi pembisik di kesunyian... atau lebih tepatnya dunia bawah tanah... maap tulisannye ngawur... nuwun... salam....

    BalasHapus